Rabu, April 08, 2015

Ibarat sandal


Drisuatu malam seorang teman bercerita mengisahkan kisah cinta seseorang

ia bercerita tentang cinta yg rumit
ia bercerita kisah dalam ibarat

dalam kisah itu, terdiri 3 orang sebagai pemeran utama,
dalam kisah itu, pemeran utama diibaratkan sebagai sandal, pemeran yg  mencintai, lalu pemeran kedua laki-laki, dan sosok lain sebagai pemeran ketiga.

dahulu kala, seorang laki-laki berlari sekuat tenaga mengejar seorang perempuan, ia berlari mengejar, memanggil dan terus mengejar.

sudah terlalu jauh jalan ditempuh, sudah habis suara  jerit memanggil. ia lelah, lapak kakinya sudah teramat perih, ia haus.
ia berhenti, meski ia tau saat larinya terhenti maka jejak yg dikejar takkan terlihat lagi.

ia mencoba berjalan kembali, berjalan yang tanpa arah dengan tertatih.

saat musim kemarau, ia menginjak tanah yang kering dan tandus, saat musim hujan tiba, iapun harus menginjak tanah yang licin hingga berkalu-kali ia jatuh lalu bangkit lagi.

sebuah keberuntungan baginya,  dalam keadaanya yg merintih, tak sengaja ia menemukan sepasabg sandal tanpa pemilik. saat ia kenakan,  sandal itu pas dan terasa nyaman baginya.

terus melangkah adalah kewajiban, sebelumnya iamelangkah dengan rintih menahan sakit, namun setelah ia kenakan sandal itu, ia mulai menapaki setiap langkah dengan senyuman.

tapi, disaat senyum tercipta, tiba-tiba sosok lain itu kembali menampakkan diri, memberikan isyarat untuk mengejarnya lagi.

ia, entah apa yg ada dalam fikiranya, iapun kembali mengejar tanpa menyadari bahwa ada sepasang sandal dikakinya.

awalnya perlahan, lalu semakin kencang. mulanya sandal memberontak, tapi tak mampu berontak terlalu dalam. sandal  itu terus mengikuti langkahnya, berlagak baik-baik saja dan tetap melekat meski diajak lari terlalu kencang.

tak selamanya, perlahan sandalpun mulai kelelahan, sandal merasa sakit menginjak setiap krikil tajam dan jalanan licin. dalam diamnya, sandal sebenarnya menjerit meminta agar berhenti mengejar, namun sayang, disadari hanyalah sapasang sandal, tak mampu berbuat apa-apa, hanya bisa bertahan meski sakit.

waktu dan jarak semakin jauh ditempuh, hingga pada akhirnya  sandalpun tiba masanya tak mampu lagi bertahan, dan seketika sandalpun terputus.

ketika sandal putus, iapun (lelaki) berhenti. meski menyadari saat berhenti maka yg dikejar semakin jauh dan menghilang.

lalu ia termenung, ia bingung apa yang akan ia lakukan. kembali mengejar? ia tak tau kemana arah sosok itu berlari, saat ia kembali melihat sandal, kini sandal sudah terputus dan kini sandal tak lagi bisa melindungi lapak kakinya melangkah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar